Tawasul
setiap kita mau
mulai berdzikir,
yasinan, tahlilan kita
mulai
dengan ........ىلا
ةرضح kenapa?
mungkin banyak dari
kita yang belum
mengetahui apa
sebenarnya makna
tawasul (meminta
kepada Allah dengan
lantaran)
sedikit coretan-
coretan dibawah ini
mngkin akan dapat
menambah
pengetahuan kita..
Fungsi dari tawasul :
Karena setiap
makhluk mempunyai
sifat apes, sifat tidak
sempurna. kalau
manusia tidak
sempurna maka
akan butuh untuk
melengkapi.
Yang membuat ىلا
ةرضح adalah ulama'
salaf yang digunakan
untuk mengingat
sespuh-sesepuh
ulama' zaman dulu
berikut ini ada artikel
yang saya ambil dari
majelisrosululloh
Memang banyak
pemahaman
saudara-saudara
kita muslimin yang
perlu diluruskan
tentang tawassul,
tawassul adalah
berdoa kepada Allah
dengan perantara
amal shalih, orang
shalih, malaikat, atau
orang-orang
mukmin. Tawassul
merupakan hal yang
sunnah, dan tak
pernah ditentang
oleh Rasul saw, tak
pula oleh Ijma
Sahabat
radhiyallahuanhum,
tak pula oleh Tabiin,
dan bahkan para
Ulama dan Imam-
Imam besar
Muhadditsin, mereka
berdoa tanpa
perantara atau
dengan perantara,
dan tak ada yang
menentangnya,
apalagi
mengharamkannya,
atau bahkan
memusyrikkan orang
yang
mengamalkannya.
Pengingkaran hanya
muncul pada abad ke
19-20 ini, dengan
munculnya sekte
sesat yang
memusyrikkan
orang-orang yang
bertawassul,
padahal Tawassul
adalah sunnah Rasul
saw, sebagaimana
hadits shahih
dibawah ini : Wahai
Allah, Demi orang-
orang yang berdoa
kepada Mu, demi
orang-orang yang
bersemangat
menuju (keridhoan)
Mu, dan Demi
langkah-langkahku
ini kepada
(keridhoan) Mu,
maka aku tak keluar
dengan niat berbuat
jahat, dan tidak pula
berniat membuat
kerusuhan, tak pula
keluarku ini karena
Riya atau sumah..
hingga akhir hadits.
(HR Imam Ahmad,
Imam Ibn Khuzaimah,
Imam Abu Naiem,
Imam Baihaqy, Imam
Thabrani, Imam Ibn
Sunni, Imam Ibn
Majah dengan sanad
Shahih). Hadits ini
kemudian hingga kini
digunakan oleh
seluruh muslimin
untuk doa menuju
masjid dan doa
safar.
Tujuh Imam
Muhaddits
meriwayatkan
hadits ini, bahwa
Rasul saw berdoa
dengan Tawassul
kepada orang-orang
yang berdoa kepada
Allah, lalu kepada
orang-orang yang
bersemangat kepada
keridhoan Allah, dan
barulah bertawassul
kepada Amal shalih
beliau saw (demi
langkah2ku ini
kepada keridhoan
Mu).
Siapakah
Muhaddits?,
Muhaddits adalah
seorang ahli hadits
yang sudah hafal
10.000 (sepuluh ribu)
hadits beserta
hukum sanad dan
hukum matannya,
betapa jenius dan
briliannya mereka ini
dan betapa Luasnya
pemahaman mereka
tentang hadist Rasul
saw, sedangkan satu
hadits pendek, bisa
menjadi dua
halaman bila disertai
hukum sanad dan
hukum matannya.
Lalu hadits diatas
diriwayatkan oleh
tujuh Muhaddits..,
apakah kiranya kita
masih memilih
pendapat madzhab
sesat yang baru
muncul di abad ke 20
ini, dengan ucapan
orang-orang yang
dianggap muhaddits
padahal tak satupun
dari mereka
mencapai kategori
Muhaddits , dan
kategori ulama atau
apalagi Imam
Madzhab, mereka
bukanlah pencaci,
apalagi
memusyrikkan
orang-orang yang
beramal dengan
landasan hadits
shahih.
Masih banyak hadits
lain yang menjadi
dalil tawassul adalah
sunnah Rasul saw,
sebagaimana hadits
yang dikeluarkan
oleh Abu Nu'aim,
Thabrani dan Ibn
Hibban dalam
shahihnya, bahwa
ketika wafatnya
Fathimah binti Asad
(Bunda dari
Sayyidina Ali bin Abi
Thalib kw, dalam
hadits itu disebutkan
Rasul saw rebah/
bersandar
dikuburnya dan
berdoa : Allah Yang
Menghidupkan dan
mematikan, dan Dia
Maha Hidup tak akan
mati, ampunilah dosa
Ibuku Fathimah binti
Asad, dan bimbinglah
hujjah nya
(pertanyaan di
kubur), dan
luaskanlah atasnya
kuburnya, Demi Nabi
Mu dan Demi para
Nabi sebelum Mu,
Sungguh Engkau
Maha Pengasih dari
semua pemilik sifat
kasih sayang.", jelas
sudah dengan hadits
ini pula bahwa Rasul
saw bertawassul di
kubur, kepada para
Nabi yang telah
wafat, untuk
mendoakan Bibi
beliau saw (Istri Abu
Thalib).
Demikian pula
tawassul Sayyidina
Umar bin Khattab ra.
Beliau berdoa
meminta hujan
kepada Allah : Wahai
Allah.. kami telah
bertawassul dengan
Nabi kami (saw) dan
Engkau beri kami
hujan, maka kini
kami bertawassul
dengan Paman beliau
(saw) yang melihat
beliau (saw), maka
turunkanlah hujan..?.
maka hujanpun
turun. (Shahih
Bukhari hadits
no.963 dan hadits
yang sama pada
Shahih Bukhari
hadits no.3508).
Umar bin Khattab ra
melakukannya, para
sahabat tak
menentangnya,
demikian pula para
Imam-Imam besar
itu tak satupun
mengharamkannya,
apalagi mengatakan
musyrik bagi yang
mengamalkannya,
hanyalah pendapat
sekte sesat ini yang
memusyrikkan orang
yang bertawassul,
padahal Rasul saw
sendiri berrtawassul.
Apakah mereka
memusyrikkan Rasul
saw?, dan Sayyidina
Umar bin Khattab ra
bertawassul, apakah
mereka
memusyrikkan
Umar ?, Naudzubillah
dari pemahaman
sesat ini.
Mengenai pendapat
sebagian dari
mereka yang
mengatakan bahwa
tawassul hanya
boleh pada orang
yang masih hidup,
maka entah
darimana pula
mereka mengarang
persyaratan
tawassul itu, dan
mereka mengatakan
bahwa orang yang
sudah mati tak akan
dapat memberi
manfaat lagi..,
pendapat yang jelas-
jelas datang dari
pemahaman yang
sangat dangkal, dan
pemikiran yang
sangat buta
terhadap kesucian
tauhid..
Jelas dan tanpa syak
bahwa tak ada satu
makhlukpun dapat
memberi manfaat
dan mudharrat
terkecuali dengan
izin Allah, lalu
mereka mengatakan
bahwa makhluk
hidup bisa memberi
manfaat, dan yang
mati mustahil?, lalu
dimana kesucian
tauhid dalam
keimanan mereka?
Tak ada perbedaan
dari yang hidup dan
yang mati dalam
memberi manfaat
kecuali dengan izin
Allah.., yang hidup
tak akan mampu
berbuat terkecuali
dengan izin Allah, dan
yang mati pun bukan
mustahil memberi
manfaat bila
dikehendaki Allah.
karena penafian
kekuasaan Allah atas
orang yang mati
adalah kekufuran
yang jelas.
Ketahuilah bahwa
tawassul bukanlah
meminta kekuatan
orang mati atau
yang hidup, tetapi
berperantara kepada
keshalihan
seseorang, atau
kedekatan
derajatnya kepada
Allah swt, sesekali
bukanlah manfaat
dari manusia, tetapi
dari Allah, yang telah
memilih orang
tersebut hingga ia
menjadi shalih, hidup
atau mati tak
membedakan Kudrat
ilahi atau membatasi
kemampuan Allah,
karena ketakwaan
mereka dan
kedekatan mereka
kepada Allah tetap
abadi walau mereka
telah wafat.
Contoh lebih mudah,
anda ingin melamar
pekerjaan, atau
mengemis, lalu anda
mendatangi seorang
saudagar kaya, dan
kebetulan mendiang
tetangga anda yang
telah wafat adalah
abdi setianya yang
selalu dipuji oleh si
saudagar, lalu anda
saat melamar
pekerjaan atau
mungkin mengemis
pada saudagar itu,
anda berkata :
"Berilah saya tuan..
(atau) terimalah
lamaran saya tuan,
saya mohon.. saya
adalah tetangga
dekat fulan, nah..
bukankah ini
mengambil manfaat
dari orang yang telah
mati?, bagaimana
dengan pandangan
bodoh yang
mengatakan orang
mati tak bisa
memberi manfaat??,
jelas-jelas saudagar
akan sangat
menghormati atau
menerima lamaran
pekerjaan anda, atau
memberi anda uang
lebih, karena anda
menyebut nama
orang yang ia cintai,
walau sudah wafat,
tapi kecintaan si
saudagar akan terus
selama saudagar itu
masih hidup?, pun
seandainya ia tak
memberi, namun
harapan untuk
dikabulkan akan
lebih besar, lalu
bagaimana dengan
Arrahmaan Arrhiim,
Yang Maha Pemurah
dan Maha
Menyantuni?? dan
tetangga anda yang
telah wafat tak
bangkit dari kubur
dan tak tahu menahu
tentang lamaran
anda pada si
saudagar, NAMUN
ANDA MENDAPAT
MANFAAT BESAR DARI
ORANG YANG TELAH
WAFAT.
aduh...aduh... entah
apa yang membuat
pemikiran mereka
sempit hingga tak
mampu mengambil
permisalan mudah
seperti ini. Firman
Allah : "MEREKA ITU
TULI, BISU DAN BUTA
DAN TAK MAU
KEMBALI PADA
KEBENARAN" (QS
Albaqarah-18). Wahai
Allah beri hidayah
pada kaumku,
sungguh mereka tak
mengetahui.
Wassalam


Polly po-cket